Palangka Raya, 28/10/2024 - Yuna Yulianti, seorang mahasiswi Prodi PAI
(Angkatan 2021), berhasil meraih penghargaan bergengsi dalam ajang Pemuda Pelopor
tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga
(Kemenpora). Penghargaan tersebut diperolehnya berkat inovasi yang ia
kembangkan dalam bidang teknologi, yaitu sebuah program terjemahan bahasa
Indonesia ke bahasa Dayak Ngaju. Program tersebut bernama “TERDAYAK”.
Prestasi ini menjadi lebih istimewa karena Yuna tidak hanya berkompetisi
sendirian. Program terjemahan ini Yuna kembangkan bersama timnya. Yuna berperan
sebagai pendiri dan ketua tim dari komunitas IT yang aktif di Kalimantan
Tengah. "Kami memang bekerja sebagai tim, tetapi untuk lomba ini, hanya
satu nama yang bisa mewakili, sehingga saya maju mewakili kelompok kami,"
ungkapnya.
Dengan semangat memperkenalkan bahasa dan budaya lokal kepada masyarakat
dari luar daerah, inovasi ini diharapkan menjadi jembatan komunikasi bagi para
pendatang dan masyarakat asli Kalimantan Tengah. “Karena kan kita tahu
Kalimantan Tengah ini majemuk sekali, ga cuman orang lokal atau orang Dayak
aslinya yang tinggal di sini, tapi juga banyak dari imigrasi mungkin dari pulau
Sumatera, dari Pulau Jawa, yang tentunya kalau misalnya bisa mengenal budaya
kita melalui bahasa Dayak sendiri itu akan jauh lebih baik dan akan lebih
memudahkan komunikasi kita sebagai sesama masyarakat yang ada di Kalimantan
Tengah” ujar Yuna.
Perjalanan Yuna dalam kompetisi Pemuda Pelopor ini tidaklah singkat. Seleksi dimulai dari tingkat kota (04/2024) , diikuti oleh seleksi tingkat provinsi (12/05), hingga akhirnya lolos di tingkat nasional (24/08). Pada tahap akhir, ia menjalani proses visitasi oleh tim juri dari Kemenpora yang datang langsung ke Palangka Raya. “Seleksi ini biasanya berlangsung dari bulan April hingga Agustus, dengan persiapan yang sangat matang,” jelas Yuna. Tantangan terbesar yang ia hadapi adalah menyesuaikan diri dengan prosedur administratif yang cukup kompleks dan penuh ketidakpastian. "Berbeda dengan lomba-lomba lain yang teknisnya jelas, dalam lomba ini banyak hal yang tiba-tiba dan penuh tanda tanya," ungkapnya.
Meskipun menghadapi tantangan tersebut, Yuna merasa bangga karena kompetisi ini membuka banyak peluang untuk belajar dan meningkatkan keahlian, khususnya dalam bidang teknologi dan administrasi. Ia juga mendapat pengalaman berharga dalam berurusan dengan berbagai instansi pemerintah, yang menurutnya adalah pengalaman baru yang sangat berharga.
Prestasi Yuna dalam menciptakan program terjemahan bahasa Dayak ini menunjukkan betapa pentingnya inovasi dalam memperkenalkan budaya lokal kepada khalayak luas. Ia berharap bahwa di masa depan, inovasi terjemahan bahasa Dayak ini bisa berkembang lebih jauh, tidak hanya berbasis web tetapi juga sebagai aplikasi mobile, sehingga aksesnya semakin mudah dan dapat digunakan lebih banyak orang. "Fokus kami bukan pada kemenangan lomba, tetapi bagaimana proyek ini bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya di Kalimantan Tengah yang multietnis," kata Yuna penuh semangat. Ia yakin, inovasi semacam ini tidak hanya mempererat kebersamaan masyarakat multietnis di Kalimantan Tengah, tetapi juga menjadi wujud pelestarian budaya yang akan terus relevan di masa mendatang.
0 Komentar